Senin, 16 September 2013

Sedikit bercerita (tentangku)


Aku bukan berasal dari anak orang kaya. Hanya aku berasal dari keluarga yang biasa biasa saja. Tapi perjuangan keluargaku sungguh begitu membuatku bangga. Memperjuangkan segalanya untuk mencukupi keluarga baik lahir maupun batin. Meski aku bukan berasal dari anak orang kaya tapi aku merasa cukup kaya akan kasih sayang keluargaku. Kaya tak menjamin bahagia dan berkecukupan belum tentu tidak bahagia. Ya faktanya aku bahagia bersama keluargaku meski kami hidup dengan sederhana. Karena cinta dan kasih sayang ini yang membuat kami hidup tentram dan bahagia. Banyak kisahku di sini, dari aku merasa kecewa akan keluarga dan diriku sendiri. Masalah dalam keluarga itu pasti ada tapi tergantung cara kita menyelesaiknnya. Karena tuhan akan selalu memberi cara setiap cobaan dan ujian yang diberikannya.


**


Cerita ini kuawali saat masa kecilku. Masa kecilku mungkin sedikit berbeda dengan mereka semua. Aku kecil tak banyak waktu bersama orang tuaku. Aku banyak menghabiskan waktu dengan sanak saudara lain  dan kakak laki-lakiku. Ya sebenarnya aku iri dengan mereka yang selalu bersama kedua orang tuanya. Bahkan aku sempat berkata pada nenek dengan kepolosan masa kecilku  “nek ayah dan ibu jahat suka ninggalin aku, kalo pulang jangan dibukain pintu ya” dengan menangis di pangkuan nenek aku berucap seperti itu. Mana ku tau orang tua ku jarang dirumah atas alasan apa. Ya namanya saja anak kecil bekum mengerti apa-apa. Sekolah pun jarang di antar ayah atau ibu, pakaian sekolah pun aku memakai sendiri, mandiku dandanku. Terkadang hanya kakak yang menyiapkan sarapan dan menemaniku bermain. Bahkan sebelum aku memasuki sekolah dasar aku sering dititipkan kesana kemari oleh orang tuaku. Sedih memang mengingat semua itu. Tapi aku sadar orang tuaku jarang idrumah pun karena mereka menyiapkan masa depanku menghidupiku membiayai sekolahku. Begitu perjuangan mereka terhadapku. Tulusya mereka sebenarnya mereka mencintaiku tapi rak terasa olehku karena mereka jarang bersama ku.

Namun sejak aku memasuki sekolah menengah pertama (SMP) aku mulai terus sering bersama kedua orang tuaku. Aku merasa senang. Dari awal aku pendaftaran ayah yang mengantarku. Sedang ibu dirumah membantu ku mempersiapkan apa yang dibutuhkan. Kini aku merasakan kasih sayang mereka lebih dekat karena mereka telah banyak meluangkan waktu bersamaku. Bahagianya kini saat saat ku mulai mengerti kasih sayang mereka selalu memberinya. Kebangaan ku semakin dalam terhadap kedua orang tuaku. Ada kegiatan apapun disekolah pasti ayah dan ibu siap mengantarku.pengorbanan yang begitu dari orang tua memang berhaga. Dan apa nanti aku bisa membalasnya. Ya aku akan berusaha untuk yang terbaik bagi mereka.

Masa SMP ku selesai dan aku mulai memasuki SMA. Disini pun ayah lagi yang mengurus menemani pendaftaranku dan ibu membantu menyiapkan alat alat untuk MOS. Ya ya peran orang tua itu selalu begitu. Namun banyak kisah yang terjadi saat aku berada di bangku SMA. Cobaan itu begitu bayak. Baik dari sekolah, teman sekolah maupun keluarga.

Kalau masalah di sekolah sih ya masalah pelajaran yang kadang ada yang tidak ku mengerti  contohnya pelajaran matematika. Pelajaran yang ku anggap susah dan memang susah. Kalau masalah teman itu ya namanya anak baru kalau ada kakak cowok yang deketin kakak-kakak ceweknya gak suka ya dilabrak, dikerjain dan lain lain lah. Apa masalahnya coba kalau kita ada yang deketin toh mungkin pengen kenal kan sama adiknya. Tapi sudah tradisi memang, ya wajarlah mungkin bagi mereka. Kalau soal keluarga, ini berpaku pada kesehatan ayah. Mulai aku memasuki kelas XI SMA ayah sudah mulai sakit. Konsentrasi belajarku mulai terganggu saat ayah sakit. Apalagi ayah mulai sering masuk rumah sakit dan harus dirawat. Ya namanya anak ya pasti kepikiran sama orang tua. Kadang baru pulang dari sekolah tau tau rumah sepi , ternyata pada di rumah sakit ayah masuk rumah sakit. Sedih sedih menangis hanya itu berdoa pada tuhan meminta yang terbaik untuk ayah. Sebagai anak aku tak bisa lakukan apapun kecuali menjaga dan mendoakanya. Puncak kekhawatiranku pada saat ujian mid semester. Pada saat istirahat menjelang ujian kedua aku dipanggil ke kantor TU , ternyata aku diberi tahu ayahku koma dirumah sakit. Aku langsung bergegas kembali ke kelas mengambil tas dan menyegerakan pulang. Namun kakiku terasa lemas serasa tak kuat dan air mata terus mengalir sangking paniknya. Teman teman dekatku mendekapku menenangkanku. Akhirnya aku di antar pulang oleh salah satu TU di sekolah. Sesampai aku di rumah sakit. Ya allah aku tak sanggup melihat ayahku terbaring tak sadar seperti itu. Deraian air mata mengalir dari mataku melihat ayahku seperti ini. Tapi sebuah keajaiban menurutku ayahku kembali sadar dan akhirnya sembuh. Ya meski masih sering sakit setidaknya tidak lagi kritis.

Kalau cerita cintaku juga sedikit rumit. Aku mempunyai kekasih tapi aku juga menjali n pertemanan yang lebih dari sekedar teman dengan teman sekelasku. Yayaya tapi akhirnya kami pun bisa jadian atas sekian perjuangan yang ada. Sempet sembunyi sembunyi sih tapi akhirnya ketauan juga deh. Seneng loh bisa jadian daripada harus diem mendem perasaan masing masing. Tapi saat menjelang kelulusan SMA sempat hilang komunikasi sampai aku melanjutkan sekolahku ke perguruan tinggi. Mulai tanpa kabar tapi lama-lama kembali juga. Ya mungkin ini yang namanya jodoh gak kemana.

Kembali aku bercerita tentang awal ku masuk di perguruan tinggi. Aku sempat sedih dan tak terbiasa harus jauh dari rumah. Belajar hidup sendiri di kosan. Ya sedikit tersiksa sering sakit saat awal aku dikosan. Belum lagi fikiran ayah dirumah sehat atau sakit. Di kampus kalau mahasiswa baru tentunya harus ada propti yang dijalani. Saat menjalani propti aku merasakan benar benar lelah setiap hari berangkat subuh sampai  maghrib. Tapi itu belum seberapa dibanding inagurasi yg meski Cuma 2 hari tapu lebih melelhkan. Bahkan sampai pingsan sangking capeknya. Susah memang punya imun lemah. Gampang capek gampang sakit juga. Tapi gak berakhir di inagurasi dan masih berlanjut pada makrab acara wajib buat mahasiswa baru dari jurusan. Disinilah puncaknya mental  dilatih. Kurang suka dengan acara ini yang seharusnya menjadi malam keakraban tapi menjadi malam penuh dengan kelelahan. Ya bahkan sampai pingsan lagi. Membuat keluarga dirumah khawatir saja. Sering sakit mungkin karena belum terbiasa hidup dikosan.

Yeah setelah rutinitas kuliah akhirnya tiba liburan. Seneng banget liburan ini. Tau gak sih cinta SMA ku yang sempat tanpa kabar kembali lagi kembai sama-sama lagi. Tapi kisah sedih juga berada pada liburan ini liburan menjelang semester 2. Ayahku semoat pingsan tak sadarkan diri lagi aku kira aku akan kehilangnya tapi ternyata tidak. Alhamdulilah..

Tapi ternyata tidak disangka beberapa hari kemudian ayah benar benar meninggalkanku untuk selamanya. Lemahku hatiku badanku. Bahkan harus pingsan 2kali karena aku merasa tak percaya. Sorenya masih sempat bercanda tapi malemnya tiada. Hampa terasa hidup ini. Namun keluarga dan teman teman terus memberi semangat untukku. Dan dia someone specialku  pun terus menemani dan memberiku semangat. Setelah pemakaman ibu yang tadinya terlihat tegar tapi kali ini tidak ia justru tak sadarkan diri. Ini yang membuat fikiranku semakin kalut tak karuan.  Hari-hariku mulai serasa tak seperti biasanya aku mulai bingung. Jika nanti aku melanjutkan kuliahku tulang punggung hanya kakak. Jika aku kembali ke kosan ibu pasti merasa sepi. Begitu berat hati untuk semua ini. Tapi aku sadar hidup tidak berahir disini. Aku harus tetap melanjutkan cita-citaku agar ayah tetap bangga padaku. Kakak dan ibu menyuruhku untuk melanjutkan sekolah. Dan aku bertekad untuk serius dalam menjalankan kuliah.  Aku tak ingin mengecewakan mereka yang banting tulang menyekolahkanku.  Semangat itu terus muncul dari keluarga, sanak saudara , pacar dan teman teman. Dan sampai kini aku tetap melanjutkan apa yang seharusnya kulanjutkan. Dan berharap suatu nanti aku akan membahagiakan ibu dan kakaku.

Saat kita kehilangan orang yang sangat kita cintai jangan terus berlarut dalam kesedihan. Masih banyak yang harus kita lanjutkan. Bersedih hanya akan membawa keterpurukan.

0 komentar: