Aku bukan berasal dari anak orang kaya. Hanya aku berasal
dari keluarga yang biasa biasa saja. Tapi perjuangan keluargaku sungguh begitu
membuatku bangga. Memperjuangkan segalanya untuk mencukupi keluarga baik lahir
maupun batin. Meski aku bukan berasal dari anak orang kaya tapi aku merasa
cukup kaya akan kasih sayang keluargaku. Kaya tak menjamin bahagia dan
berkecukupan belum tentu tidak bahagia. Ya faktanya aku bahagia bersama
keluargaku meski kami hidup dengan sederhana. Karena cinta dan kasih sayang ini
yang membuat kami hidup tentram dan bahagia. Banyak kisahku di sini, dari aku
merasa kecewa akan keluarga dan diriku sendiri. Masalah dalam keluarga itu
pasti ada tapi tergantung cara kita menyelesaiknnya. Karena tuhan akan selalu
memberi cara setiap cobaan dan ujian yang diberikannya.
**
Cerita ini kuawali saat masa kecilku. Masa kecilku mungkin
sedikit berbeda dengan mereka semua. Aku kecil tak banyak waktu bersama orang
tuaku. Aku banyak menghabiskan waktu dengan sanak saudara lain dan kakak laki-lakiku. Ya sebenarnya aku iri
dengan mereka yang selalu bersama kedua orang tuanya. Bahkan aku sempat berkata
pada nenek dengan kepolosan masa kecilku
“nek ayah dan ibu jahat suka ninggalin aku, kalo pulang jangan dibukain
pintu ya” dengan menangis di pangkuan nenek aku berucap seperti itu. Mana ku
tau orang tua ku jarang dirumah atas alasan apa. Ya namanya saja anak kecil
bekum mengerti apa-apa. Sekolah pun jarang di antar ayah atau ibu, pakaian
sekolah pun aku memakai sendiri, mandiku dandanku. Terkadang hanya kakak yang
menyiapkan sarapan dan menemaniku bermain. Bahkan sebelum aku memasuki sekolah
dasar aku sering dititipkan kesana kemari oleh orang tuaku. Sedih memang
mengingat semua itu. Tapi aku sadar orang tuaku jarang idrumah pun karena
mereka menyiapkan masa depanku menghidupiku membiayai sekolahku. Begitu
perjuangan mereka terhadapku. Tulusya mereka sebenarnya mereka mencintaiku tapi
rak terasa olehku karena mereka jarang bersama ku.
Namun sejak aku memasuki sekolah menengah pertama (SMP) aku
mulai terus sering bersama kedua orang tuaku. Aku merasa senang. Dari awal aku
pendaftaran ayah yang mengantarku. Sedang ibu dirumah membantu ku mempersiapkan
apa yang dibutuhkan. Kini aku merasakan kasih sayang mereka lebih dekat karena
mereka telah banyak meluangkan waktu bersamaku. Bahagianya kini saat saat ku
mulai mengerti kasih sayang mereka selalu memberinya. Kebangaan ku semakin
dalam terhadap kedua orang tuaku. Ada kegiatan apapun disekolah pasti ayah dan
ibu siap mengantarku.pengorbanan yang begitu dari orang tua memang berhaga. Dan
apa nanti aku bisa membalasnya. Ya aku akan berusaha untuk yang terbaik bagi
mereka.
Masa SMP ku selesai dan aku mulai memasuki SMA. Disini pun
ayah lagi yang mengurus menemani pendaftaranku dan ibu membantu menyiapkan alat
alat untuk MOS. Ya ya peran orang tua itu selalu begitu. Namun banyak kisah
yang terjadi saat aku berada di bangku SMA. Cobaan itu begitu bayak. Baik dari
sekolah, teman sekolah maupun keluarga.
Kalau masalah di sekolah sih ya masalah pelajaran yang
kadang ada yang tidak ku mengerti
contohnya pelajaran matematika. Pelajaran yang ku anggap susah dan
memang susah. Kalau masalah teman itu ya namanya anak baru kalau ada kakak
cowok yang deketin kakak-kakak ceweknya gak suka ya dilabrak, dikerjain dan
lain lain lah. Apa masalahnya coba kalau kita ada yang deketin toh mungkin
pengen kenal kan sama adiknya. Tapi sudah tradisi memang, ya wajarlah mungkin
bagi mereka. Kalau soal keluarga, ini berpaku pada kesehatan ayah. Mulai aku
memasuki kelas XI SMA ayah sudah mulai sakit. Konsentrasi belajarku mulai
terganggu saat ayah sakit. Apalagi ayah mulai sering masuk rumah sakit dan
harus dirawat. Ya namanya anak ya pasti kepikiran sama orang tua. Kadang baru
pulang dari sekolah tau tau rumah sepi , ternyata pada di rumah sakit ayah
masuk rumah sakit. Sedih sedih menangis hanya itu berdoa pada tuhan meminta
yang terbaik untuk ayah. Sebagai anak aku tak bisa lakukan apapun kecuali
menjaga dan mendoakanya. Puncak kekhawatiranku pada saat ujian mid semester.
Pada saat istirahat menjelang ujian kedua aku dipanggil ke kantor TU , ternyata
aku diberi tahu ayahku koma dirumah sakit. Aku langsung bergegas kembali ke
kelas mengambil tas dan menyegerakan pulang. Namun kakiku terasa lemas serasa
tak kuat dan air mata terus mengalir sangking paniknya. Teman teman dekatku
mendekapku menenangkanku. Akhirnya aku di antar pulang oleh salah satu TU di
sekolah. Sesampai aku di rumah sakit. Ya allah aku tak sanggup melihat ayahku
terbaring tak sadar seperti itu. Deraian air mata mengalir dari mataku melihat
ayahku seperti ini. Tapi sebuah keajaiban menurutku ayahku kembali sadar dan
akhirnya sembuh. Ya meski masih sering sakit setidaknya tidak lagi kritis.
Kalau cerita cintaku juga sedikit rumit. Aku mempunyai
kekasih tapi aku juga menjali n pertemanan yang lebih dari sekedar teman dengan
teman sekelasku. Yayaya tapi akhirnya kami pun bisa jadian atas sekian
perjuangan yang ada. Sempet sembunyi sembunyi sih tapi akhirnya ketauan juga
deh. Seneng loh bisa jadian daripada harus diem mendem perasaan masing masing.
Tapi saat menjelang kelulusan SMA sempat hilang komunikasi sampai aku
melanjutkan sekolahku ke perguruan tinggi. Mulai tanpa kabar tapi lama-lama
kembali juga. Ya mungkin ini yang namanya jodoh gak kemana.
Kembali aku bercerita tentang awal ku masuk di perguruan
tinggi. Aku sempat sedih dan tak terbiasa harus jauh dari rumah. Belajar hidup
sendiri di kosan. Ya sedikit tersiksa sering sakit saat awal aku dikosan. Belum
lagi fikiran ayah dirumah sehat atau sakit. Di kampus kalau mahasiswa baru tentunya
harus ada propti yang dijalani. Saat menjalani propti aku merasakan benar benar
lelah setiap hari berangkat subuh sampai
maghrib. Tapi itu belum seberapa dibanding inagurasi yg meski Cuma 2
hari tapu lebih melelhkan. Bahkan sampai pingsan sangking capeknya. Susah
memang punya imun lemah. Gampang capek gampang sakit juga. Tapi gak berakhir di
inagurasi dan masih berlanjut pada makrab acara wajib buat mahasiswa baru dari
jurusan. Disinilah puncaknya mental dilatih.
Kurang suka dengan acara ini yang seharusnya menjadi malam keakraban tapi
menjadi malam penuh dengan kelelahan. Ya bahkan sampai pingsan lagi. Membuat
keluarga dirumah khawatir saja. Sering sakit mungkin karena belum terbiasa
hidup dikosan.
Yeah setelah rutinitas kuliah akhirnya tiba liburan. Seneng
banget liburan ini. Tau gak sih cinta SMA ku yang sempat tanpa kabar kembali
lagi kembai sama-sama lagi. Tapi kisah sedih juga berada pada liburan ini
liburan menjelang semester 2. Ayahku semoat pingsan tak sadarkan diri lagi aku
kira aku akan kehilangnya tapi ternyata tidak. Alhamdulilah..
Tapi ternyata tidak disangka beberapa hari kemudian ayah
benar benar meninggalkanku untuk selamanya. Lemahku hatiku badanku. Bahkan harus
pingsan 2kali karena aku merasa tak percaya. Sorenya masih sempat bercanda tapi
malemnya tiada. Hampa terasa hidup ini. Namun keluarga dan teman teman terus
memberi semangat untukku. Dan dia someone specialku pun terus menemani dan memberiku semangat.
Setelah pemakaman ibu yang tadinya terlihat tegar tapi kali ini tidak ia justru
tak sadarkan diri. Ini yang membuat fikiranku semakin kalut tak karuan. Hari-hariku mulai serasa tak seperti biasanya
aku mulai bingung. Jika nanti aku melanjutkan kuliahku tulang punggung hanya
kakak. Jika aku kembali ke kosan ibu pasti merasa sepi. Begitu berat hati untuk
semua ini. Tapi aku sadar hidup tidak berahir disini. Aku harus tetap
melanjutkan cita-citaku agar ayah tetap bangga padaku. Kakak dan ibu menyuruhku
untuk melanjutkan sekolah. Dan aku bertekad untuk serius dalam menjalankan kuliah. Aku tak ingin mengecewakan mereka yang
banting tulang menyekolahkanku. Semangat
itu terus muncul dari keluarga, sanak saudara , pacar dan teman teman. Dan
sampai kini aku tetap melanjutkan apa yang seharusnya kulanjutkan. Dan berharap
suatu nanti aku akan membahagiakan ibu dan kakaku.
Saat kita kehilangan orang yang sangat kita cintai jangan
terus berlarut dalam kesedihan. Masih banyak yang harus kita lanjutkan.
Bersedih hanya akan membawa keterpurukan.
0 komentar:
Posting Komentar